“Jalan berliku jangan berlalu, jalan berliku terus berlalu
Hempaskanlah jiwa ini
Dalam ruang yang tidak pernah ternoda “
Rehan seorang pemuda yang masih perjaka yang tampan dan gagah, ototnya yang terlihat kuat dan badannya terlihat kokoh, di dadanya tergambar arah mata angin dan 2 anak panah. dia tidak pernah merasakan apa itu cinta yang selalu menodai kehidupan, kegelapan yang tiada henti dalam hatinya. Kedalaman hutan yang sering dia jangkau dan menjadi bagian hidupnya. satu detik satu langkah satu bukit satu gunung tak terhenti kaki terus berjalan “kehidupan hutan adalah kehidupanku” itulah yang sering di ucapkan, tapi kakinya yang terus berjalan dengan sorotan matanya yang tajam dan bola matanya yang berwarna coklat terus terarah kejalan-jalan yang penuh dengan kesengsaraan. Terhampar dedaunan kering dan ranting-ranting hutan yang berjatuhan. Karena baginya kehidupan adalah angin yang tidak lelah mengayunkan ranting-ranting dan dedaunan. Dia tidak tau apa maksudnya untuk menjelajahi hutan-hutan? Yang pasti kehidupan
hutan adalah darah dagingnya. “wahai ….Para dewa, para bujangga, para penguasa kegelapan…kesengsaraan datanglah… datang wahai ibis datang kehadapanku” kakek-kakek tua yang berpakaian serba hitam sambil membakar wewangian yang berbau Iblis di depan pohon besar. “kupersembahkan makanan yang berbau kasturi ini untuk kalian. Datanglah…datang…. “ suara kakek tua itu semakin keras di telingnya. Rehan mencari sumber dari suara itu, jantung semakin keras berdetak napas yang semakin menipis, suara itu semakin keras di telinga pemuda itu. Terlihat cahaya hitam kearah barat. Dan cahaya hitam itu menuju kesumber suara para setan. dan diapun mengikuti cahaya hitam itu.
hutan adalah darah dagingnya. “wahai ….Para dewa, para bujangga, para penguasa kegelapan…kesengsaraan datanglah… datang wahai ibis datang kehadapanku” kakek-kakek tua yang berpakaian serba hitam sambil membakar wewangian yang berbau Iblis di depan pohon besar. “kupersembahkan makanan yang berbau kasturi ini untuk kalian. Datanglah…datang…. “ suara kakek tua itu semakin keras di telingnya. Rehan mencari sumber dari suara itu, jantung semakin keras berdetak napas yang semakin menipis, suara itu semakin keras di telinga pemuda itu. Terlihat cahaya hitam kearah barat. Dan cahaya hitam itu menuju kesumber suara para setan. dan diapun mengikuti cahaya hitam itu.
Rasa ketakutan, gemetar sehingga dia melihatnya dengan jarak jauh di belakang pepohonan. Tiba-tiba makhluk aneh datang mendekati orang itu.
“ Tumbal adalah sumber kekuatanmu, tumbal adalah nyawa hidupmu dan tumbal adalah makananku, wahai para pengikutku. Makanlah aroma ini, karena api neraka selalu mengikuti kita. Dan hancurkan para kaum putih, manusia-manusia yang bodoh akan menjadi makanan kita, hancurkan para malaikat itu. mahkotamu ada dalam tumbal-tumbalmu itu”.
“Sebelum api berubah menjadi air, sebelum ombak terbawa batu karang, sebelum dewa mentari tidak ingin menyinari dunia ini lagi. Wahai kaum penderitaan, putera-puteri mahkota neraka datang…datanglah… penggal mereka, bunuh mereka, ambil jantungnya lalu makan”
Para bandit-bandit datang membawa seorang perempuan dan pemuda di bawanya kehadapan sang penguasa setan, dan dipersembahkannya. Tiba-tiba perempuan itu menatap sang langit dengan derai air mata. Wahai kerajaan langit, kerajaan api, kerajaan air, kau biarkan lilin itu padam di atas telapak tangan para iblis. Kau biarkan Sayap-sayap mereka patah diujung jarinya. wahai para suci Lihatlah ….!!!!! Tubuh mereka penuh dengan darah, kekejian telah kau perbuat…!!! kau biarkan para murka memakan nyawanya. Wahai kerajaan, bawalah dia kenestapanya.
“Murka….murka….. dosa yang akan memakan kalian, tidak ada penerang kehidupan, karena kerajaan neraka membunuh dogma fatwa kalian. Wahai iblis bunuhlah mereka penggal kepalanya potong lehernya”
Para iblis, setan, bandit-bandit membunuh dan memotong lehernya. Mata Rehan tersentak mengeluarkan air mata melihat kekejian itu. Dia ingin membantu dan membatalkan upacara pesugihan itu, dan terdengar para dewa berteriak dalam hatinya, tidak ada rupa, tidak ada bayangan yang terlihat, satu cahayapun tidak ada. Dimana mereka?
Dewa1 “Padam … padamkan api itu, api itu yang selalu membara di atas kerajaan langit, karena kegelapan itu terus berdiri, wahai para malaikat. Hancurkan..hancurkan…. kegelapan itu”
Dewa2 “Kakiku yang berdarah, para murka mematahkannya, di atas langit-langit dan awan yang berbau kasturi, semua di tutupi kegelapan. Dan Kerajaan petir itu memukul mereka. Tolong..tolong kembalikan cahayanya”
Dewa3 “Mahkota mataku hilang tanpa arah, ketika kerajaan ombak terbawa oleh angin-angin ketempat nestapa mereka. Wahai kesucian jadikanlah aku racun bagi mereka”.
Bisikan itu seakan untukku, keluh Rehan yang terkaget. Apakah aku yang disebut kesucian oleh para dewa itu? Jari-jarinya mulailah meraut dedaunan. Seakan jiwanya sudah melesat ketempat pesugihan itu.
“wahai anak muda yang gagah, sorotan matamu semakin tajam, tapi kau tidak punya dogma fatwa yang kokoh, para setan dan para iblis semakin mendekatimu” para ilmu hitam tiba-tiba ada di bilakangnya. Tiba-tiba langit seakan gelap, matahari tertutupi awan hitam, petir tiba-tiba seakan berlari mencari mangsa. Hari itu seakan menjadi hari yang sangat gelap…gelap tidak ada cahaya sedikitpun. Para ilmu hitam menutupi semuanya dan suara angin semakin kencang tanpa arah. Titik-titik cahaya hilang tersapu badai, para dewa-dewi hilang terbawa angin, tidak ada rautan mata yang bercahaya, yang ada hanyalah kegelapan. Dunia ini seakan di kuasai oleh para iblis, setan, dedemit. Dia seakan terdiam dan menangis rautan matanya semakin membiru. Dan tiba-tiba dalam hatinya terdengar bisikan-bisikan untuk memperkuatnya melawan para murka
“janganlah kau menangis, lihatlah awan itu melihatmu, cahaya itu mulai menutupimu, satu detik..dua detik…atau satu jam… awan itu akan memanggilmu dan menjemputmu… dan janganlah kau takut, karna..merekalah yang akan membawamu dalam kedamaian” bisikan itu terdengar beberapa kali. “ jika kau kalah dan menyerah begitu saja, kau akan tertidur bersama rumput-rumput liar dan kau akan di temani ular-ular dan cacing-cacing. merekalah yang akan memakan kamu sampai habis, tidak ada sisa tulang belulang semua itu karena dosa yang telah kau perbuat, dan kau meletakan cahaya putih di telapak tangan iblis” suara itu tidak terhenti.
“penguasa kegelapan….datanglah..datang, lihatlah manusia itu mulai menundukan kepalanya dan air matanya terbuang sia-sia ! cepatlah makan dia, ambil jantungnya, warna kuning, warna putih, warna abu-abu itu mulai mulai pergi.. cepat datang dan penggal kepalanya” setanpun bersorak dan seakan ingin mengambil jantungnya.
“kenapa kamu menangis wahai manusia, lihatlah…wajahmu..wajahmu..kenapa dengan wajahmu itu… busuk dan bau, ketampananmu pudar karena kau melakukan kesalahan yang besar, kini penguasa langit adalah para ilmu hitam akan memangsamu dan sekarang kau akan menjadi santapan yang sangat lezat bagi mereka” para setan bersorak semakin keras. Tidak ada yang menolongnya, keringat semakin bercucuran dan membasahi badannya. Tidak ada kata yang keluar sedikitpun, yang ada hanyalah kegelisahan yang menjadi saksinya. Kemana mencari jawaban hati, jiwa yang hilang entah kemana, keperkasaanku hilang entah kemana, tidak ada kesucian yang menemaniku. Iblis mendekatinya dengan rautan pisau yang dibawanya semakin menajam. Dia mencoba berbicara sedikit-demi sedikit “tunggu dulu, hitam adalah hitam, putih adalah putih, abu-abu adalah abu-abu itulah kehidupan, aku hanyalah manusia yang suatu saat napas ini akan berhenti, karena keabadian akan menjadi peganganku, wahai dewa matahari tunjukanlah kekuasaanmu, musnahkanlah para iblis ini” tiba-tiba awan hitam menjauh dan menghilang, matahari mulai memancarkan cahayanya kembali, Cahaya ini adalah segumpal darahku, cahaya yang aku bawa kini menjadi saksi kehidupanku. Wahai cahayaku kemarilah bersama sutra-sutramu. Musnahkan para iblis. Kini batu karang terbawa ombak, para dewa kembali ketempatnya, kesucian mengalahkan mereka, para ilmu hitam hilang dengan sekejap. Napas yang di keluarkan sebagian titik awal ujiannya. Musnahlah tempat pesugihan para ilmu hitam itu. Saat sayapku mulailah retak, meratap langit nan biru, seakan aku terperangkap oleh semua itu. Kini jalan lurus itu seakan tidak terlihat oleh mata inderaku, awan hitam menutupi jalanku dengan kegelapan”
Napas yang sangat panjang yang dia keluarkan dari mulutnya, hatinya yang mulai legah rasa cape mulailah hilang kini dunia menjadi indah dan elok. Kesucian itu ada, ada dalam kehidupan adapun dalam kematian di dunia maupun di akhirat. tidak kunjung datang dalam khayalan mimpi yang bergelengu hiasan bumi. Matahari tidak terasa terus berputar semakin cepat. Dia melanjutkan perjalanan, suara burung seakan bersorak dan berkata “ hidup kesucian, meraih kemenangan” kata itu seakan berulang-ulang di telinganya, tapi matahari terus membawanya untuk berjalan dan mengeringkan tenggorakannya. Rasa haus menjadi beban dan menghalangi perjalanannya. Gemuruh air terdengar dari arah utara, tidak lama menunggunya dan mendekati arah mata air itu. Sosok nampak seorang dewi air yang sedang mandi, rambutnya yang berwarna keemasan dan bajunya yang tipis dan bercahaya, dia menari-nari mengayunkan tangannya kearah cahaya matahari.
Pemuda yang tampan dan gagah itu seakan terpesona dengan keindahannya, padahal wanita itu belum menunjukan kecantikan wajahnya, tapi keindahan tubuhnya sangatlah dasyat. Rehan seakan tidak ingin pergi dan ingin terus melihat keistimewaan yang tidak pernah dia lihat. Kau telah menurunkan bidadari yang sangat cantik kehadapanku. Sungguh aku terpesona dengan semua itu, memuja dan memuji tidak lepas dalam mulutnya. Karena keindahan itu dia tidak kuat menahannya, sehingga dia mendekatinya perlahan-lahan. Tiba-tiba dewi itu melayang-layang di atas permukaan air dengan sayapnya yang indah. “aku menari-nari bersama butiran air, bercanda tawa bersama cahayamu, kini kau menjadikan aku aroma kehidupan dan mewarnai keindahan air”
Pemuda itu semakin terpesona dan terus mendekatinya. Dewi itu turun kembali kedalam air dan melambaikan tangan kepadanya. “ apakah ini yang disebut dengan kesempurnaan hidup, sungguh aku baru merasakan semua itu” dia mendekatinya dan mulai meraba tubuh dewi itu secara perlahan-lahan. Sedikit-demi sedikit tubuh dewi itu hilang, rasa rabaan mulai lenyap tangannya mulai hampa. Diapun terkaget dan tubuhnya terasa lemas dengan kekecewaan yang terus di rasakan. “sungguh aku tidak percaya semua itu, kini dewa-dewi cinta memanggilku dengan khayalan yang tiada henti, aku sangat terbutakan oleh cinta, cinta yang memanggiku tapi cinta itu bukanlah cinta yang suci”.
Rasa kekecewaan itu hilang dengan sekejap dan diapun melepaskan dirinya kedalam air, tubuhnya semakin gagah dan wajahnya semakin bercahaya. Kakipun berjalan kembali kearah yang dia inginkan. Tidak jauh terlihat bukit yang luas dan tinggi, rerumputan yang hijau nan indah bunga-bunga yang bermekaran dan tersenyum, angin yang sejuk mengipasi rambutnya dan melepaskan tubuhnya ke atas hamparan rerumputan. Menatap langit nan biru tiba-tiba langit itu menjadi gelap petir berteriak dengan kencang, dan terlihat dewi langit tidak mampu lagi mengayunkan sayapnya, wajahnya pucat, detak jantungnya sangat kencang, dia terjatuh melayang ketubuh Rehan, terkagetlah hati pemuda itu. “Apa yang akan diberikan lagi kepadaku, apakah ini khayalan.?? Ketika para kecantikan menghadapku dan membuat mataku terpesona” gemuruh petir semakin kencang dan keras hujanpun membasahi tubuhnya.
Bingung.. bingung apa yang harus dia lakukan, tapi hati yang tulus membawnya dewi itu ketempat pohon besar yang bisa melindungi dari air hujan. Mata dewi itu mulai terbuka, dia ada dipelukan pemuda itu, mulut dewi itu mulai berkata pelahan-lahan “ kau pemuda, kenapa ketulusan hatimu membawa aku dan menolong aku! Karena kau tidak ingin memakan korban lagi”
“maaf putri, kau tidak berdaya, ketulusan hati selalu menjadi cahaya penolong, sungguh aku tidak tega melihatmu tidak berdaya ini, kenapa putri menjadi seperti ini ?” ketegasan hati rehan semakin meninggi, kebijakan selalu mendampinginya. “ aku di penggal oleh para murka, tubuhku memiliki dua arti, hitam dan putih, kejatahan dan kebaikan, kesucian dan kegelapan. Kutukan itulah yang menjadi beban hidupku” suara dewi itu semakin menipis dan tidak bisa bersuara, tubuhnya yang mulai hitam dan lemah, dia kebingungan dengan semua itu. Wahai cahaya abadi berikanlah aku kekuatan untuk menolong para korban iblis. Tidaklah ada kehidupan yang kekal, yang ada hanyalah kehidupan yang sementara. Berikanlah aku cahayamu, jadikanlah aku penerang hidupnya. suara petir itu hilang dan butiran cahaya mendekati pemuda itu “ kau manusia, kaulah kesucian, gambar didadamu akan membawamu dalam kedamaian, ciumlah wanita itu dengan ketulusan cinta yang kau benci itu” tidak membuang waktu dia langsung mencium bibir dewi langit itu secara perlahan-lahan, dan gambar dadanya bercahaya menyinari mata dewi itu. Diapun terbangun dan sayapnya bisa membawanya terbang kembali, kutukan-kutukan yang kian lama terpendam kini musnah. “ wahai manusia setengah malaikat, ikutlah denganku, aku akan membawamu dalam kedamaian “ tangannya melambaikan ke pemuda itu, dan membawanya terbang bersama kebahagian cinta yang sungguh suci. “ Kini aku menjadi cahaya abadi, Dan Cahaya ini adalah segumpal darahku, cahaya yang aku bawa kini menjadi saksi kehidupanku. Wahai cahayaku kemarilah bersama sutra-sutramu untuk menemaniku saat aku terlalai berjalan”. []