You Are Here: Home - cerpen - [Cerpen] Ratapanku

Pesawahan, air sungai dan kerikil batu yang terlewati dari setiap langkah yang kami langkahi. Panasnya matahari yang menyengat tubuh kami dan mengundang keringat-keringat dari raga.
Tidak terasa waktu yang terus berputar dan mataharipun mulai meredup. Akhirnya sampai juga ketujuan yang belum pernah terlihat dari kehidupan. Sejarah ya…sejarah yang ada disana. Kini hati tergores oleh tusukan-tusukan duri kaktus yang sangat dalam, ketika Aku melihat dan berkeliling di tempat itu yang lama dan lama merasakan kehangatan tubuh mereka. Aku merasa sambutan dari mereka dari roh-roh mereka yang memeluk tubuh-tubuh yang ranum.
Sungguh sejarah yang tidak terlihat, kadang aku ingin merasakan apa yang mereka rasakan, mereka berjuang untuk memperjuangkan Negara Indonesia dengan taruhannya nyawa.
Subhanallah ……
Betapa berjasanya mereka. Hati yang tidak tenang, keringat dingin yang bercucuran, tak pernah mengenal lelah ataupun cape, kadang orang yang tidak berdosa ikut terbunuh
Astagfirullah………
Sungguh tidak terbayangkan…….
Aku tidak kuat menahan air mata ini ketika aku melihat nisan mereka, rasanya aku ingin berteriak tapi tidak bisa, air mata yang selalu mengalir tanpa terhenti
Ya Allah ………….
Apa yang harus aku lakukan dengan jasa mereka
Sungguh aku tidak tersadarkan dengan semua itu
Aku terlahir dan Negara ini sudah merdeka, aku hanya bersenang-senang sungguh aku yang tidak tersadarkan diri dengan hamparan aman ini.
Konon katanya prajurit itu yang menyerang dengan serangan udara maupun darat. Kejadian ini sungguh tragis
Disetiap sudut di penuhi prajurit – prajurit keji semua orang ketakutan Ibu, ayah maupun anak kecil….
Mereka gemetar hati tidak karuan, pikirannya kacau yang ada dalam pikirannya hanyalah kematian dan kematian ya…ya… kematian yang belum pernah terjadi.
Subhanallah………….
Ada juga gadis-gadis desa yang sedang mencuci pakaian di sungai yang mengalir ikut terbunuh juga……..
Dia tidak berdosa…….Dengan kejadian ini…
Dia punya keluarga, apa yang akan terjadi dengan keluarganya ketika dia tidak ada dalam pelukan keluarga itu .
Apa yang dirasakan oleh keluarganya ?
Dia juga mempunyai anak, malang sekali nasib anaknya.
Hebatnya bersilat lidah di depan dunia kau berkata dengan istilah terorisme, kalian jadikan tameng untuk membantai umat manusia yang tidak berdosa. Apakah benar ada tentara bayi dan anak kecil ? itukah yang di sebut terorisme? Kalian jadikan mereka sasaran tembak juga sungguh….sungguh tidak manusiawi. Bukan airmata dan darah yang kau tumpahkan melainkan rumah sekolah dan tempat ibadah juga kau hancurkan. Sungguh keji. Prajurit – prajurit itu yang tidak puas membunuh
Ribuan bahkan jutaan nyawa yang melayang. mereka yang merencanakan strategi-strategi yang sangat keji
Korban yang semakin banyak terbunuh olehnya prajurit itu air mata yang berlinang di mata kami.
Orang Indonesia yang menguburkan satu-persatu dengan tangisan yang tiada henti.
Aku sungguh bersedih ketika melihat lukisannya saja
Apa lagi aku melihat mereka yang kesakitan maupun terbunuh
Betapa malangnya mereka…
Betapa sedihnya keluarganya …
Air mataku terus mengalir berjatuhan
Cerita yang sungguh mengharukan hati
Konon katanya mereka berakhir dengan berjabat tangan dan berdamai
Aku tidak tau apakah prajurit itu sungguh ingin berdamai
Apakah hanya strategi saja
Semudah itu mereka berjabat tangan dengan kepuasan mereka…..???
Korban yang terbunuh oleh mereka sangat banyak!!!
Tapi, mungkin ini kah yang dinamakan kehidupan, karena roda kehidupan akan terus berputar. Karena keindahan dalam hidup adalah mewarnai semuanya.
Allah SWT pasti akan memberikan mereka taman Firdaus dan berada di sisi-Nya. Aminnnnn………..[]
Tags: cerpen