Di tengah-tengah keindahan malam terlihat dua Gadis murung di depan indahnya buayan sinar. Tidak ada bintang maupun bulan yang menemani gadis itu. dua gadis itu memiliki warna tersendiri, hitam dan putih mereka termurung ya…termurung dalam kebahagiaan yang tidak pernah mereka miliki. Terkadang warna itu menjadi warna kensengsaraan terkadang juga menjadi warna kebahagiaan. Mereka tidak tau apa arti semua itu. Dunia seakan tidak memiliki warna keindahan. Derai air mata selalu membasahai pipinya. Matanya tidak terhenti berlinang air suci yang berjatuhan tidak berarti apa-apa.
“hitam….putih….kehidupan” itu yang sering mereka katakan dalam kepedihan hatinya. Mereka menari dalam keadaan jiwa yang rapuh. “ aku tak berdaya hitam putih hidupku menjadi kelabu dalam jiwa” keluhan mereka mengundang para roh-roh yang menyesali kehidupannya dimasa lalu, badannya yang besar dan wajahnya tidak memiliki rupa yang sempurna. Gadis-gadis itu termurung ketakutan dan teriakan petir semakin kencang seolah-olah
mengiringi roh-roh itu. Roh itu mendekati gadis itu dengan badannya yang tegak dan kebijakannya yang kokoh “seadainya saja aku terlahir kembali kedunia ini, hitam..putih.. akan kugadaikan dengan dosa” suaranya yang tersentak menangis melihat dua gadis itu. Roh itu selalu berkhayal dalam kegelapan. Kini kegelisahan menyelimuti dua gadis itu.
mengiringi roh-roh itu. Roh itu mendekati gadis itu dengan badannya yang tegak dan kebijakannya yang kokoh “seadainya saja aku terlahir kembali kedunia ini, hitam..putih.. akan kugadaikan dengan dosa” suaranya yang tersentak menangis melihat dua gadis itu. Roh itu selalu berkhayal dalam kegelapan. Kini kegelisahan menyelimuti dua gadis itu.
Langit semakin menggelap dan awan mulai lenyap, mataharipun mulai tertidur. Gemuruh ombak semakin mengencang angin mulai membesar dan terdengar petir menyambar tanah di hadapan roh itu. Gelap…ya gelap sekali. Sosok cahaya merah berjalan dari kegelapan goa yang amat besar kelak ia mendekati roh yang sedang menangis mengingat dosa-dosanya. “apa kau katakan dosa, aku adalah dosa yang telah kau perbuat, biarkanlah aku menjadi pasanganmu” setan itu tersenyum dalam keadaan memeluk roh itu, rasa kecewa dan marah telah menyelimuti tubuh roh itu
“biadap, siapa kau? Untuk apa kau memperdulikan aku”
“bedebah… aku adalah dosa yang telah kau perbuat”
“dosa….dosa… kau bukan dosaku, aku terpasung dalam keadaan gelisah, kakiku sampai berdarah tidak ada setetes embun sedikitpun. Pergi…pergi… biarkan aku disini besama penyesalanku”
Terulang kembali ombak air mata kembali hidup. Titik-titik kehidupan musnah terbakar olah api neraka. “ aku akan pergi, ku tunggu kau di pintu neraka” setan itu pergi dangan sayap apinya. Kekejian telah dia perbuat kegelisahan semakin membesar.
Angin yang bertiup kencang dan selendang berwarna putih terbang kearah roh itu dengan penuh kesucian selendang itu berubah wujud menjadi pemuda yang putih tapi tubuhnya di penuhi kegelisahan dan kekecewaan. Satu langkah menjadi beban untuknya. Pemuda itu mendekatinya dan memegang kepala roh itu “kepadamu cahaya abadi, ampuni aku yang masih tertidur, aku disini terkubur dosa nista dan dengki menjadi kawan” kemudian dia memenggal roh itu sampai tewas. Dan iblis pun mendekatinya dan mencambuk seluruh tubuhnya sampai ia memuja dan memuji atas dosa yang telah dia perbuat. Pemuda itu pergi bersama iblis dan setan-setan.
Roh itu tidak berdaya terhampar tanpa kesucian hanya dosa yang menjadi jalannya di akhirat dan hanya dosa yang menjadi selimut hangat baginya. Musnah ..musnah sudah aku terhampar di makan dosa-dosa yang belum aku tebuh ini. gadis hitam dan putih itu menyaksikan semuanya mereka menari dengan derai air mata yang terus berjatuhan. Mereka melayang dengan sayap-sayap yang retak yang mana kala sayap itu akan terjatuh dan pecah. Mereka mendekati roh itu yang berbaring bersama dosa-dosanya. Menangis ya…menangis yang mereka lakukan. Kupergi mencari jawaban hati, kupergi mencari tumpuan hidup disaat hati mulai terabaikan didalam bisikan nurani, kemana mencari jawaban hati kemana jiwa raga sukma terkubur dalam dosa. Gadis hitam membawa roh itu terbang kealam yang tidak pernah dia lalui. Dengan tubuhnya yang mulai ranum tapi tetap dia terus melayang bersama titik-titik cahaya hitam. Gadis putih itu kebingungan apa yang harus dia lakukan ketika penguasa iblis datang bersama dosa-dosanya. Kakek tua yang membawa sebuah obor kecil dan berjalannyapun membongkok. “ lihatlah obor ini nona manis, wajahmu ibaratkan dua dimensi yang bergabungan, disisi lain kau menjadi sosok yang menawan dan disisi lain kau menjadi jiwa yang rapuh. Apa warna hidupmu hitam atau putih nak ?” sosok kakek itu dengan penuh pandangan yang sangat tajam “ aku adalah putih dan aku adalah kehidupan yang suatu saat aku akan menjadi abu-abu” gadis itu langsung terbang melayang bersama nyanyian seruling sang angin. Kini hitam putih menjadi abu-abu karena hidup Ling ada Yang, ada Hitam ada Putih ada Malam ada Siang karena sesungguhnya hidup tergoreskan kebencian. Dan kebencian itu menjadi titik suatu masalah dari cobaan yang belum di alami.[]